Kesakitan, Kasih dan Pembentukan

Cukup menarik untuk mengetahui cara jerapah ketika melahirkan anaknya. Induk jerapah akan berdiri  sehingga bayi jerapah itu akan jatuh ke tanah yang keras. Sulit dibayangkan seekor anak binatang yang baru lahir harus dari ketinggian 1,5 meter. Kemudian, hal pertama yang dilakukan oleh induknya adalah berdiri di belakang bayinya dan memberikan tendangan ke tubuh bayi jerapah tersebut.

Bayi jerapah pun akan terbangun dan akan mencoba berdiri. Namun, bayi jerapah itu masih mudah terjatuh karena kakinya yang masih lemah. Maka sang induk akan kembali bergerak ke belakang bayi jerapah dan memberi tendangan berikutnya. Hal ini akan berlangsung beberapa kali hingga bayi jerapah itu dapat berdiri kokoh dan mulai berjalan menuju sang induk.

Tindakan induk jerapah itu seolah-olah kejam. Mungkin kita berpikir bukankah lebih baik kalau anaknya dibiarkan menikmati kenyamanan daripada ditendang? Tidak seperti yang kita pikirkan! Tindakan yang seolah-olah kejam itu sebenarnya merupakan tindakan kasih. Karena induk jerapah tersebut tahu bahwa peluang bagi bayinya untuk bisa bertahan hidup adalah dengan berdiri kokoh di atas kakinya sendiri. Jika tidak, maka kelak bayinya itu akan sedemikian mudahnya diterkam oleh binatang buas.

Hal ini merupakan gambaran di dalam kehidupan kita. Adakalanya Tuhan membiarkan kita mengalami kesakitan. Orang yang tidak sadar akan berkata bahwa Tuhan itu kejam. Tentu saja tidak demikian! Justru sebaliknya, itu menunjukkan bahwa Tuhan mengasihi kita. Tuhan tidak membiarkan kita terbuai dengan keadaan kita yang seakan-akan enak tetapi sebenarnya menjerumuskan.

Tuhan tidak membiarkan kita terlena dengan nikmatnya dosa-dosa, padahal itu akan membawa kepada kebinasaan. Tuhan mengizinkan kita mengalami kesakitan supaya kita sadar akan bahaya yang senantiasa mengancam kerohanian kita.

Kesakitan memang tidak mengenakkan. Rasa sakit dari bekas sayatan operasi tidak mengenakkan dan mengganggu aktivitas kita untuk sementara waktu. Menelan obat juga tidak mengenakkan. Tetapi, keduanya berfungsi untuk kesembuhan kita. Di samping untuk kesembuhan, kesakitan juga merupakan sarana pembentukan kita. Tuhan ingin supaya kita menjadi orang yang semakin hari semakin kuat. Ketika kita sudah mengatasi kesakitan itu bersama Tuhan, secara otomatis diri kita menjadi semakin kuat. Ini yang akan membuat kita bisa menghadapi kehidupan yang lebih menyakitkan.

Jika saat ini kita sedang mengalami kesulitan: Pertama, jangan putus asa, karena putus asa tidak menyelesaikan apa-apa. Bahkan putus asa bisa membuat kita melakukan tindakan yang membahayakan diri kita sendiri. Kedua, bertobatlah dari segala jalan kita yang salah. Ketiga, terimalah kesulitan itu dengan lapang dada dan atasilah bersama Tuhan. Dengan demikian kita menjadi semakin kuat untuk menghadapi kesulitan hidup yang lain.

Komentar