5 Tips Untuk Beristirahat

Saya senang sekali akhirnya Sabtu pun tiba. Setelah 3 minggu yang melelahkan dengan jam kerja yang panjang untuk menyelesaikan berbagai proyek di kantor & pulih dari Influenza A yang menimpa sepanjang minggu lalu, akhirnya saya akan berakhir pekan dengan tenang. Saya memutuskan untuk beristirahat dengan membaca buku di rumah.

Sebelum matahari terbenam, tiba-tiba saya merasa telah membuang waktu dengan beristirahat hari itu. Seharusnya, saya memanfaatkan Sabtu yang diberikan oleh Allah untuk berkarya.

“Mengapa saya susah beristirahat?” Ditilik-tilik, mungkin ada 3 alasan:

  • Kompetisi: Saya ingin melakukan, atau memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain.
  • Reputasi: Saya ingin terlihat hebat.
  • Ambisi: Saya ingin menjadi hebat.

Ketika saya masih bersekolah, saya cenderung kompetitif dengan meraih berbagai prestasi di bidang akademis. Ketika saya bekerja, saya ingin mencapai tolak ukur di bidang materi. Saya cenderung menetapkan standar yang tinggi untuk diri saya sehingga saya terlihat hebat di mata saya sendiri. Nah, semakin dewasa (baca: menjelang usia 40 tahun), saya bergeser ke alasan ketiga, saya ingin mejadi hebat. Hebat bagaimana? Di bidang apa? Ukurannya apa? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang selalu mengusik saya. Akibatnya, saya selalu merasa kekurangan waktu untuk berkarya dan bahkan merasa bersalah ketika beristirahat.

Bagaimana saya mengatasi godaan untuk berkompetisi, mengejar reputasi & ambisi yang melelahkan?

Jawabannya tentu ada pada firman Allah.

Kompetisi

  • Rendah hati & klarifikasi motivasi. Saya mencoba untuk memperhatikan kepentingan orang lain selain kepentingan saya pribadi. Ketika saya merasa motivasi saya telah dipengaruhi ego atau mencari pujian, saya kembali kepada Allah untuk meluruskan motivasi saya sehingga saya dapat mendedikasikan karya saya untuk Allah dan komunitasnya. (Filipi 2:3-4).
  • Berlebih hati. Percaya bahwa Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia sehingga saya tidak hanya berkecukupan, namun juga berkelebihan di dalam segala sesuatu (2 Korintus 9: 8)

Reputasi

  • “Saya berharga di mata Allah” menjadi meditasi saya. Saya adalah Maha Karya Allah karena Allah sendiri yang menciptakan saya dengan kebaikkan yang luar biasa (Efesus 2: 10. Mazmur 139: 13-16).
  • Berani menghadapi ketakutan dan tantangan dengan Allah. Melalui refleksi dari berbagai tantangan hidup, saya memahami bahwa Allah selalu menjadi bukit batu sebagai tempat berlindung, kubu pertahanan dan kota benteng untuk menyelamatkan saya (Mazmur 18: 2).

Ambisi

Kenal Allah dengan lebih baik setiap hari. Allah sangat mengasihi saya dan selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Dengan mengenal Allah, saya akan lebih mudah untuk percaya kepadaNya dengan segenap hati, walaupun terkadang rencana “hidup” saya tidak terlaksana. Dengan demikian, kecenderungan saya untuk bersandar kepada pengertian saya sendiri akan berkurang karena Allah menetapkan langkah-langkah saya (1 Yohanes 4: 16, Amsal 3: 5-6).

Apakah Anda merasa susah untuk beristirahat? Apa alasannya dan bagaimana mengatasinya?

Dian Wahyusari

Komentar